
Saya dan Mama begitu berbeda dan bertolak belakang. Mungkin hal inilah yang membuat kami akhir-akhir ini semakin renggang dan jarang berkomunikasi. Saya dengan dunia saya, dan Mama dengan dunianya sendiri. Mama sendiri merasa bahwa semakin kemari saya semakin tidak mematuhi beliau dan berada di luar jalur : jalur anak baik menurut beliau. Saya sendiri semakin lama semakin merasa kesal dan mulai banyak menarik diri dari beliau karena, saya merasa ditekan dan dipojokkan oleh beliau.
Mama hingga saat ini tampaknya belum dapat menerima perubahan-perubahan yang sedang terjadi dalam diri saya. Saya sendiri sulit untuk mengungkapkannya kepada Mama tentang apa saja yang ada di pikiran saya saat ini. Entahlah, saya merasa membicarakannya dengan Mama adalah hal yang kurang tepat. Saya malas mendengar kritikan Mama yang berujung dengan menggurui saya serta menggunakan (kalau tidak mau disebut mengatasnamakan) agama sebagai sebuah pedoman dalam bertindak. Bukannya saya membenci agama yang selama 21 tahun ini saya anut, hanya saja saya tidak suka bila Mama membawa-bawa agama dalam setiap kali perbincangan kami mengenai sesuatu hal. Saya merasa Mama jadi terkesan memaksakan hal tersebut pada saya. Saya sendiri memang sedang dalam masa mempertanyakan kembali mengenai ajaran yang selama ini saya terima. Saya akui saya sedang menjauh dari Tuhan, dan mungkin itulah penyebab saya gundah dalam beberapa waktu belakangan ini. Kalau Mama tahu, pasti beliau marah besar, selain tentu saja mengatakan hal itulah menyebabkan saya terpuruk saat ini, dan saya tidak suka mendengar hal itu.
Mama dan dirinya adalah hal yang begitu jauh dari diri saya pribadi. Saya sendiri tidak suka bila Mama mulai mengomeli saya dan mengatakan bagaimana dulu dirinya menjadi anak yang baik bagi orang tuanya. Bagi saya, bukankah selama ini saya selalu menuruti keinginan Mama? Jenjang pendidikan yang hingga saat ini saya tempuh, sedikit banyak merupakan keinginan Mama (terkecuali jurusan kuliah ini, walau sebenarnya saya lebih ingin masuk sastra dan hal tersebut tentunya ditentang Mama). Keinginan Mama agar saya berfokus pada pendidikan saya dan tidak main-main ataupun terlibat percintaan pun saya turuti, dan lain sebagainya. Hingga mungkin pada akhirnya saya mulai lelah dengan segala permintaan Mama, salah satunya adalah agar menyelesaikan kuliah saya lebih awal dari masa normal penyelesaian studi. Saya berusaha memenuhinya walau kemudian akhirnya tidak dapat memenuhinya dan memundurkannya satu semester lagi alias ke batas normal kelulusan mahasiswa : 4 tahun. Saya tahu Mama kecewa dengan hal ini, tapi tentunya bukan Mama saja yang kecewa karena, saya pribadi juga kesal tidak dapat segera terlepas dari beban akademik ini. Namun, mengapa harus memperlakukan saya seperti ini?
Saya tahu Mama hanya ingin yyang terbaik untuk saya. Beliau selalu berkata orang tua menginnginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Akan tetapi, sebenarnya 'yang terbaik' itu menurut siapa? Menurut sang orang tua atau menurut sang anak? Saya merasa selama ini hanya melakukan segalanya demi Mama, bukan demi diri saya sendiri...Terlalu banyak keputusan yang pada akhirnya itu adalah keinginan Mama, bukan keinginan saya...Inilah hal yang menyedihkan dari status sebagai anak : memenuhi keinginan orang tua, mematuhi apa yang mereka perintahkan, terikat...Ada kalanya saya berpikir begitu egoisnya orang tua yang menyuruh sang anak melakukan apa yang mereka inginkan sebagai orang tua, dan menganggap keinginan sang anak tidak sesuai dengan yang mereka inginkan. Mungkin saya terdengar begitu menyalahkan Mama dan terlalu melihat dari sudut pandang saya sebagai seorang anak, tetapi itulah yang memang sebenarnya yang saya rasakan dan itulah yang saya lihat dan saya baca serta saya dengar dari berbagai kisah mengenai nasib anak yang berada di tangan orang tuanya.
Yang saat ini inginkan hanyalah bebas. Bebas dari kerangka yang telah Mama bentuk. Bebas dan menjadi apa yang saya inginkan, bukan yang Mama inginkan. Menjadi diri saya sendiri..
Jakarta, Januari sore kelabu 2012