Sabtu, 22 Juni 2013

The Bittersweet on Youthful Day



Baru saja selesai menonton film Taiwan ”You Are The Apple of My Eye”. Film ini sebenarnya sudah menarik perhatianku sejak pertama kali lihat di internet pada awal kemunculannya di tahun 2011, tapi entah mengapa baru belakangan aku sempat mengunduhnya. Sudah 2 tahun berlalu dan ternyata aku baru sadar kalau film ini sudah meraih penghargaan di negaranya sendiri dan di China serta menjadi salah satu film box office di tahun 2011 lalu. Walau termasuk terlambat, setidaknya aku berhasil menyelesaikan film ini.
Sebuah film yang bercerita tentang hal sederhana, tetapi memberikan pesan yang bermakna dalam bagi para penontonnya. Aku suka cara film ini menuturkan ceritanya, begitu mengalir dan akhir yang tak terduga. Namun, justru di bagian akhir inilah aku merasakan keindahan dari film ini. Bagian ketika kenangan itu muncul kembali dan kemudian diperlihatkan dari sisi yang selama ini tak diketahui. Pada akhirnya bagian akhir film ini mampu membuatku meneteskan air mata.
Sutradara Giddens Ko yang juga merupakan penulis novel dari film ini berhasil memvisualisasikan cerita novelnya ke layar lebar. Ditambah lagi dengan akting Ko Chen-Tung dan Michelle Chen yang memberikan chemistry nyata serta iringan soundtrack yang liriknya begitu sesuai dengan keadaan di film ini membuat film ini semakin menarik untuk ditonton.
Bagian akhir dari film ini membuatku berpikir tentang ’seandainya’. Seandainya waktu itu Ko-Teng mau mendengar jawaban dari Chia-Yi saat mereka akan menerbangkan lampion, seandainya waktu itu Ko-Teng menghampiri Chia-Yi dan berbaikan, seandainya, seandainya. Mungkin keadaan mereka akan berbeda. Mungkin akhir kisah mereka tidak seperti itu. Namun, mungkin pula ini yang terbaik bagi mereka berdua. Bahwa apa yang terjadi di antara mereka menjadi kenangan yang akan terus mereka ingat, seperti yang tertera di lagu soundtrack film ini, ”Those Years” yang dinyanyikan oleh Hu Xia. Bahwa tak selalu harus berakhir bersama untuk dapat berbahagia. Setidaknya di akhir, Ko-Teng telah menunjukkan pada Chia-Yi bahwa ia tetap memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya dan masih menganggap Chia-Yi sebagai gadis yang paling disayanginya, walau mereka tak dapat bersama. Bahwa Ko-Teng ingin gadis yang disayanginya tersebut berbahagia dan walau bukan bersama dirinya dan bagi Chia-Yi pun Ko-Teng akan tetap ada di suatu sudut hatinya sebagai bagian dari masa mudanya.
Mungkin banyak yang mempertanyakan mengapa Ko-Teng tak mau mendengar jawaban Chia-Yi sewaktu mereka akan menerbangkan lampion bersama, padahal akhirnya kita melihat bahwa Chia-Yi menulis ”Let’s be together” sebagai permohonannya. Sepertinya Ko-Teng takut mendengar penolakan dari Chia-Yi dan lebih memilih untuk tetap seperti apa adanya hubungan mereka saat itu. Ia berkata bahwa kelak ia akan menjadikan Chia-Yi miliknya dan ia tak meminta jawaban sekarang agar Chia-Yi tak dapat menolaknya. Keduanya tak pernah tahu bagaimana suratan takdir berjalan dan percaya bahwa kelak mereka dapat bersama. Sewaktu mereka berpisah setelah pertengkaran gara-gara Ko-Teng mengadakan dan ikut pertandingan adu kekuatan pun masing-masing dari mereka masih berpikiran dapat bersama kembali. Kita bisa melihat bahwa walau Chia-Yi tengah berpacaran dengan A-he saat itu, tetapi ia teringat dengan Ko-Teng dan tersenyum saat melihat sepasang kekasih yang bertengkar kemudian berbaikan. Mungkin ia berharap dan berpikir bagaimana seandainya bila dulu ia berbaikan dengan Ko-Teng. Saat gempa besar 21 September melanda Taipei dan sekitarnya, Ko-Teng berusaha keras mencari sinyal agar dapat menelepon Chia-Yi karena, ia sangat mengkhawatirkannya. Mereka yang telah 2 tahun lamanya tidak saling menghubungi akhirnya bisa mengobrol seperti dahulu kala dan mengingat segala hal yang terjadi di masa lalu. Di sinilah kita juga akhirnya mengetahui alasan mengapa Chia-Yi tidak langsung mau berpacaran dengan Ko-Teng. Di sini pula Ko-Teng menanyakan pada Chia-Yi apakah ia percaya dengan adanya dunia paralel karena, mungkin saja di dunia yang satu lagi itu mereka dapat bersama-sama dan Chia-Yi berkata bahwa ia iri dengan mereka yang ada di dunia satu lagi itu dan berterima kasih karena, Ko-Teng telah menyukainya...
Walau mereka pada akhirnya tidak bersama, tetapi mereka tetap memiliki kenangan bersama. Keduanya menjadi bagian satu sama lain di kehidupan masa muda mereka. Bahwa bagi keduanya, masing-masing adalah cinta pertama mereka, yang walaupun tidak berakhir bersama, tetapi tetap membekas bagi masing-masing. Bahwa Ko-Teng turut berbahagia untuk Chia-Yi. Bahwa ini adalah perjalanan hidup mereka di masa sekarang. Bahwa mungkin mereka dapat bersama di dunia yang satu lagi...

0 komentar:

Posting Komentar