Baru saja selesai menonton film Taiwan ”You Are The Apple of My Eye”. Film
ini sebenarnya sudah menarik perhatianku sejak pertama kali lihat di internet
pada awal kemunculannya di tahun 2011, tapi entah mengapa baru belakangan aku
sempat mengunduhnya. Sudah 2 tahun berlalu dan ternyata aku baru sadar kalau
film ini sudah meraih penghargaan di negaranya sendiri dan di China serta
menjadi salah satu film box office di tahun 2011 lalu. Walau termasuk
terlambat, setidaknya aku berhasil menyelesaikan film ini.
Sebuah film yang bercerita tentang hal sederhana, tetapi memberikan pesan
yang bermakna dalam bagi para penontonnya. Aku suka cara film ini menuturkan
ceritanya, begitu mengalir dan akhir yang tak terduga. Namun, justru di bagian
akhir inilah aku merasakan keindahan dari film ini. Bagian ketika kenangan itu
muncul kembali dan kemudian diperlihatkan dari sisi yang selama ini tak
diketahui. Pada akhirnya bagian akhir film ini mampu membuatku meneteskan air
mata.
Sutradara Giddens Ko yang juga merupakan penulis novel dari film ini
berhasil memvisualisasikan cerita novelnya ke layar lebar. Ditambah lagi dengan
akting Ko Chen-Tung dan Michelle Chen yang memberikan chemistry nyata serta
iringan soundtrack yang liriknya begitu sesuai dengan keadaan di film ini membuat
film ini semakin menarik untuk ditonton.
Bagian akhir dari film ini membuatku berpikir tentang ’seandainya’.
Seandainya waktu itu Ko-Teng mau mendengar jawaban dari Chia-Yi saat mereka
akan menerbangkan lampion, seandainya waktu itu Ko-Teng menghampiri Chia-Yi dan
berbaikan, seandainya, seandainya. Mungkin keadaan mereka akan berbeda. Mungkin
akhir kisah mereka tidak seperti itu. Namun, mungkin pula ini yang terbaik bagi
mereka berdua. Bahwa apa yang terjadi di antara mereka menjadi kenangan yang
akan terus mereka ingat, seperti yang tertera di lagu soundtrack film ini,
”Those Years” yang dinyanyikan oleh Hu Xia. Bahwa tak selalu harus berakhir
bersama untuk dapat berbahagia. Setidaknya di akhir, Ko-Teng telah menunjukkan
pada Chia-Yi bahwa ia tetap memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya dan
masih menganggap Chia-Yi sebagai gadis yang paling disayanginya, walau mereka
tak dapat bersama. Bahwa Ko-Teng ingin gadis yang disayanginya tersebut
berbahagia dan walau bukan bersama dirinya dan bagi Chia-Yi pun Ko-Teng akan
tetap ada di suatu sudut hatinya sebagai bagian dari masa mudanya.
Mungkin banyak yang mempertanyakan mengapa Ko-Teng tak mau mendengar
jawaban Chia-Yi sewaktu mereka akan menerbangkan lampion bersama, padahal
akhirnya kita melihat bahwa Chia-Yi menulis ”Let’s be together” sebagai
permohonannya. Sepertinya Ko-Teng takut mendengar penolakan dari Chia-Yi dan
lebih memilih untuk tetap seperti apa adanya hubungan mereka saat itu. Ia
berkata bahwa kelak ia akan menjadikan Chia-Yi miliknya dan ia tak meminta
jawaban sekarang agar Chia-Yi tak dapat menolaknya. Keduanya tak pernah tahu
bagaimana suratan takdir berjalan dan percaya bahwa kelak mereka dapat bersama.
Sewaktu mereka berpisah setelah pertengkaran gara-gara Ko-Teng mengadakan dan
ikut pertandingan adu kekuatan pun masing-masing dari mereka masih berpikiran
dapat bersama kembali. Kita bisa melihat bahwa walau Chia-Yi tengah berpacaran
dengan A-he saat itu, tetapi ia teringat dengan Ko-Teng dan tersenyum saat
melihat sepasang kekasih yang bertengkar kemudian berbaikan. Mungkin ia
berharap dan berpikir bagaimana seandainya bila dulu ia berbaikan dengan
Ko-Teng. Saat gempa besar 21 September melanda Taipei dan sekitarnya, Ko-Teng
berusaha keras mencari sinyal agar dapat menelepon Chia-Yi karena, ia sangat
mengkhawatirkannya. Mereka yang telah 2 tahun lamanya tidak saling menghubungi
akhirnya bisa mengobrol seperti dahulu kala dan mengingat segala hal yang
terjadi di masa lalu. Di sinilah kita juga akhirnya mengetahui alasan mengapa
Chia-Yi tidak langsung mau berpacaran dengan Ko-Teng. Di sini pula Ko-Teng
menanyakan pada Chia-Yi apakah ia percaya dengan adanya dunia paralel karena,
mungkin saja di dunia yang satu lagi itu mereka dapat bersama-sama dan Chia-Yi
berkata bahwa ia iri dengan mereka yang ada di dunia satu lagi itu dan
berterima kasih karena, Ko-Teng telah menyukainya...
Walau mereka pada akhirnya tidak bersama, tetapi mereka tetap memiliki
kenangan bersama. Keduanya menjadi bagian satu sama lain di kehidupan masa muda
mereka. Bahwa bagi keduanya, masing-masing adalah cinta pertama mereka, yang
walaupun tidak berakhir bersama, tetapi tetap membekas bagi masing-masing. Bahwa
Ko-Teng turut berbahagia untuk Chia-Yi. Bahwa ini adalah perjalanan hidup
mereka di masa sekarang. Bahwa mungkin mereka dapat bersama di dunia yang satu
lagi...
0 komentar:
Posting Komentar